| KLASIFIKASI GUNUNGAPI DI INDONESIA |
| 1. | Tipe A | gunungapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600 | | 2. | Tipe B | gunungapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara | | 3. | Tipe C | gunungapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah | |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| PROSEDUR TETAP TINGKAT KEGIATAN GUNUNGAPI |
| 1. | Aktif Normal (Level I) | Kegiatan gunungapi berdasarkan pengamatan dari hasil visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan | | 2. | Waspada (Level II) | Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya | | 3. | Siaga (Level III) | Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan | | 4. | Awas (Level IV) | Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama | |
|
|
|
|
|
|
|
|
| Model rumah yang disarankan untuk daerah sekitar gunungapi, agar terhindar dari beban endapan abu gunungapi. |
- Kemiringan atap 45o atau lebih curam lagi
- Tiang penopang atap lebih kerap dibantu dengan tiang diagonal
- Dianjurkan atap terbuat dari seng agar tahan panas dari lontaran batu (pijar)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar